PKSMEDAN.com - Jelang Pilkada serentak tanggal 9 Desember 2015 diseluruh Indonesia, Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman,PhD menyampaikan beberapa point penting dalam menghadapinya. Berikut taujih lengkapnya :
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
1. Kita ikut serta dalam pilkada, pileg dan pilpres bukan sekedar mengejar kekuasaan semata. Kita turut serta dalam kompetisi politik itu dengan niatan dan tekad untuk terus berkhidmat kepada rakyat. Karena berkhidmat itulah inti dari perjuangan kita di politik. Kekuasaan yang kita dapatkan adalah buah dari khidmat kita kepada rakyat. Sehingga, ketika Allah Swt berikan kekuasaan, maka kekuasaan itu menjadi sarana untuk melipat gandakan amal kebaikan kita kepada rakyat.
2. Sayyidul Qaum Khadimuhum, pemimpin suatu negeri adalah pelayan bagi rakyat di negeri itu. Menjadi khadimul ummah adalah khittah perjuangan dakwah kita. Menjadi pelayan rakyat artinya kita merasakan setiap ‘denyut nad’ permasalahan rakyat. Hatinya adalah hati rakyat, maka dia rasakan apa yang dirasakan rakyat. Telinganya adalah telinga rakyat, maka dia dengar suara hati rakyat dalam mengambil setiap keputusan. Lisannya adalah lisan rakyat, maka dia tidak akan pernah melukai hati rakyat. Setiap kata yang dia janjikan, dia akan tunaikan sebaik-baiknya. Tangannya adalah tangan rakyat, maka dia senantiasa ulurkan tangannya untuk ringankan beban pundak saudara-saudaranya yang berkesusahan. Itulah esensi dakwah kita: Ia senantiasa berkhidmat, bukan berkhianat. Ia senantiasa melayani, bukan selalu minta dilayani.
3. Kita telah mendapat pelajaran yang berharga dari sejarah perjuangan Rasulullah SAW. Kalau saja hanya semata-mata kekuasaan yang hendak dicapai, maka sesungguhnya Rasulullah SAW sudah mendapatkan tawaran itu dari para pembesar kafir Quraisy, asalkan saja beliau rela meninggalkan nilai-nilai dakwah yang mulia. Tapi Rasulullah Saw dengan tegas menolak tawaran kekuasaan itu, dan tetap istiqomah mengambil jalan dakwah yang penuh kemuliaan itu. Dan hasilnya? Kekuasaan pun akhirnya di tangan dan dakwah semakin tumbuh berkembang.
4. Khidmat kita kepada rakyat adalah untuk membangun sebuah negara, yang dalam bahasa Al-Quran disebut sebagai Baldah Thayyibah Warabun Ghafur. Apa itu Baldah thayyibah? Yakni sebuah negara dimana seluruh kebutuhan dasar hidup tercukupi dengan baik. Mulai dari sandang, papan, pangan, kesehatan dan pendidikan semua tercukupi tanpa kekurangan sedikit pun. Sebuah negeri dimana neraca keadilan dengan mudah didapatkan, hukum tegak, keamanan terjamin sehingga rakyatnya jauh dari rasa takut dan khawatir. Dan apa itu Warabbun Ghafur? Yakni sebuah negara yang senantiasa mendapatrah maghfirah, rahmah dan rahim dari Allah Swt, karena rakyat dan penguasanya selalu tunduk dan patuh mengikuti perintah-Nya.
5. Apa yang kita cita-citakan sejalan dengan apa yang dicita-citakan oleh Bung Karno, Bung Hatta, Bung Sjahrir, Mohamad Natsir, Haji Agus Salim dan para Pendiri Republik lainnya yang sudah termaktub dalam pembukaan konstitusi Republik Indonesia, yakni “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.
6. Para Pendiri Republik ini dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati juga telah mengakui bahwa kemerdekaan yang kita peroleh pertama-tama adalah “atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa”. Artinya ada kesadaran transedental yang sangat kokoh dari Para Pendiri Republik ini dalam memaknai lahirnya sebuah negara-bangsa Republik Indonesia yang kita cintai ini. Dan yang kedua, “didorong oleh keinginan yang luhur”, artinya ada kesadaran nilai-nilai kemuliaan yang menjadi pedoman mereka dalam membentuk Republik ini.
7. Para Pendiri Republik ini adalah para pemimpin yang otentik, bukan ‘kosmetik’. Mereka adalah pemimpin yang transformasional bukan transaksional. Mereka berjuang dengan kekokohan nilai-nilai transedental dan didorong oleh keluhuran nilai-nilai perjuangan bukan dengan prinsip untung rugi. Sikap mereka jauh dari sikap pragmatisme dan hedonisme. Merekalah para pemimpin yang senantiasa berkhidmat untuk rakyat.
8. Untuk mewujudkan cita-cita mulia itu, marilah kita mulai dengan membenahi diri dan partai kita terlebih dahulu. Mari kita kokohkan empat hal penting dalam diri dan partai kita.
9. Pertama, mari kita kokohkan jati diri PKS sebagai Partai Dakwah yang senantiasa berkhidmat pada rakyat, bangsa dan negara. Dakwah dan Politik adalah dua hal yang tak terpisahkan. Tentunya kita masih ingat saat pertama kali mendeklarasikan diri sebagai Partai Dakwah dulu, banyak kalangan skeptis dan menilai bahwa tidak mungkin dakwah yang biasanya ada di Masjid bisa masuk dalam politik. Jarak antara Masjid dengan istana atau senayan itu jauh. Dua hal itu tidak bisa disatukan. Dan bahkan beberapa pakar mengatakan tidak ada dalam literature mana pun yang menyebutkan istilah Partai Dakwah.
10. Saat itu kita menjawabnya tanpa keraguan: “Jika memang tidak ada dalam literature itu istilah Partai Dakwah, maka izinkan kami yang memulai membuatnya ada.” Dan memang benar. Sejak kita berdiri sebagai Partai hingga sekarang, banyak sekali skripsi,tesis hingga disertasi doktoral S-3 baik dari dalam dan luar negeri yang menjadikan Partai Dakwah sebagai obyek penelitian mereka. Mereka semua berhutang budi dengan Partai Dakwah ini. Justru tugas dan tantangan besar kita saat ini adalah mengaktualisasikan nilai-nilai dakwah yang Rahmatan Lil Alamin ini dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melaui kebijakan-kebijakan yang kita perjuangkan. Bukan lantas mundur kebelakang meninggalkan jati diri partai dakwah itu.
11. Kedua, mari kita kokohkan rasa kebersamaan. Kita kokohkan rasa kebersamaan baik di internal partai kita maupun dengan berbagai elemen komponen bangsa yang lain. Kita ingin hubungan antara qiyadah atau pemimpin dengan jundi atau kader sesempit mungkin gapnya, harus egaliter tidak boleh feodal. Kita ingin senantiasa berusaha menjaga kebersamaan. Jangan setelah menjadi qiyadah menjaga jarak dengan kader-kader. Ini tidak boleh. Kita para qiyadah ini tanpa kader bukan siapa-siapa.
12. Rasa Kebersamaan sebagai sesama anak bangsa harus terus kita perkokoh. Bangun rasa saling percaya dengan seluruh komponen bangsa. Kita aplikasikan prinsip Nahnu minhum, nahnu ma’ahum wa nahnu lahum. Kita harus punya prinsip, “ Jika 100 teman itu sedikit, maka ajak kader PKS untuk melipatgandakannya”. Dan JANGAN sebaliknya, “Jika 100 musuh itu sedikit, maka ajak kader PKS untuk melipatgandakannya”. Itu jangan sampai terjadi. Oleh karena itu jaga akhlaq kita, perbanyak silaturahim dan kawan kita. Terutama perilaku di dunia maya seperti media sosial, kita harus lebih hati-hati dan jaga diri.
13. Ketiga, mari ciptakan ekosistem dakwah struktural-kultural yang baik. Dakwah ini bukan hanya di ranah struktural seperti jalur politik saat ini. Banyak ranah lain seperti birokrasi, profesional, teknologi, bisnis, sosial, seni, budaya, kampus dll. Kita tidak boleh melupakan sektor-sektor kultural. Apresiasi setinggi-tingginya untuk kader-kader yang berjuang di ranah-ranah kultural. Karena dakwah strukutural dan kultural saling membutuhkan dan menguatkan.
14. Keempat, mari kita bangun partai ini dengan tata kelola yang baik atau Good Party Governance. Kita perbaiki mulai dari aspek administrasi, manajemen organisasi, SDM, tata kelola organisasi, kaderisasi, dan kepemimpinan publik dll. Hal yang juga kita harus perhatikan adalah masalah pembiayaan partai. Masalah keuangan itu masalah sensitive, tapi justru itu yang harus kita dudukan bersama dan perbaiki pengelolaannya. Saat Musyawarah Nasional (MUNAS) yang lalu, kita serukan Galibu (gerakan Lima Puluh Ribu). Dan dalam waktu yang cukup singkat terkumpul 2,4 miliar rupiah, Alhamdulilah. Dari total terkumpul 2,4 miliar itu sekitar 39 ribu yang ikut berdonasi, artinya kalau dirata-rata, per orang menyumbang sekitar 60 ribu. Dan yang luar biasa, ada juga yang menyumbang 20 ribu, ini menunjukkan rasa ingin terus terlibat dalam berkontribusi membangun partai ini.
15. Pilkada serentak 9 Desember 2015 yang sudah di depan mata ini adalah tantangan bersama kita sebagai bangsa. Ini adalah peristiwa politik yang paling bersejarah dalam politik Indonesia. Jika bangsa ini bisa melaluinya dengan baik, konsolidasi politik dan demokrasi akan semakin membaik. PKS sebagai kekuatan politik yang mengemban misi dakwah harus memberikan kontribusi terbaiknya. Mari kita jaga nilai-nilai dakwah di setiap langkah politik kita. Berikan pengorbanan dan amal terbaik kita. Jangan pernah lengah di detik-detik terakhir proses pilkada. Justru kerja panjang kampanye kita sebelumnya ditentukan pada detik-detik pencoblosan dan setelahnya. Kita jaga proses itu, amankan kepentingan dakwah dengan sebaik-baiknya.
16. Karena tujuan dan niat kita berpolitik itu mulia, maka cara-cara yang kita tempuh dalam mencapai tujuan tersebut harus juga mulia. Jangan pernah meraih tujuan-tujuan yang mulia dengan cara-cara yang tercela. Kemuliaan dan kemenangan adalah dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Kita tidak menginginkan kemenangan yang semu. Kita menginginkan kemenangan yang hakiki. Kemenangan yang bermartabat dan penuh keberkahan, InsyAllah.
17. Semoga Allah Swt terus meneguhkan hati-hati kita untuk terus berhimpun dan berjuang di jalan-Nya. Yang hakiki dalam politik adalah berkhidmat, berkuasa hanyalah sarana untuk melipat gandakan amal kebaikan kita. Mari kita tekadkan diri kita untuk senantiasa berkhidmat setiap saat sepanjang hayat bukan hanya untuk kepentingan sesaat. InsyAllah, Allah Swt akan berikan kita Kemenangan yang Bermartabat dan Penuh Berkah. Amin Ya Rabbal Alamin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
1. Kita ikut serta dalam pilkada, pileg dan pilpres bukan sekedar mengejar kekuasaan semata. Kita turut serta dalam kompetisi politik itu dengan niatan dan tekad untuk terus berkhidmat kepada rakyat. Karena berkhidmat itulah inti dari perjuangan kita di politik. Kekuasaan yang kita dapatkan adalah buah dari khidmat kita kepada rakyat. Sehingga, ketika Allah Swt berikan kekuasaan, maka kekuasaan itu menjadi sarana untuk melipat gandakan amal kebaikan kita kepada rakyat.
2. Sayyidul Qaum Khadimuhum, pemimpin suatu negeri adalah pelayan bagi rakyat di negeri itu. Menjadi khadimul ummah adalah khittah perjuangan dakwah kita. Menjadi pelayan rakyat artinya kita merasakan setiap ‘denyut nad’ permasalahan rakyat. Hatinya adalah hati rakyat, maka dia rasakan apa yang dirasakan rakyat. Telinganya adalah telinga rakyat, maka dia dengar suara hati rakyat dalam mengambil setiap keputusan. Lisannya adalah lisan rakyat, maka dia tidak akan pernah melukai hati rakyat. Setiap kata yang dia janjikan, dia akan tunaikan sebaik-baiknya. Tangannya adalah tangan rakyat, maka dia senantiasa ulurkan tangannya untuk ringankan beban pundak saudara-saudaranya yang berkesusahan. Itulah esensi dakwah kita: Ia senantiasa berkhidmat, bukan berkhianat. Ia senantiasa melayani, bukan selalu minta dilayani.
3. Kita telah mendapat pelajaran yang berharga dari sejarah perjuangan Rasulullah SAW. Kalau saja hanya semata-mata kekuasaan yang hendak dicapai, maka sesungguhnya Rasulullah SAW sudah mendapatkan tawaran itu dari para pembesar kafir Quraisy, asalkan saja beliau rela meninggalkan nilai-nilai dakwah yang mulia. Tapi Rasulullah Saw dengan tegas menolak tawaran kekuasaan itu, dan tetap istiqomah mengambil jalan dakwah yang penuh kemuliaan itu. Dan hasilnya? Kekuasaan pun akhirnya di tangan dan dakwah semakin tumbuh berkembang.
4. Khidmat kita kepada rakyat adalah untuk membangun sebuah negara, yang dalam bahasa Al-Quran disebut sebagai Baldah Thayyibah Warabun Ghafur. Apa itu Baldah thayyibah? Yakni sebuah negara dimana seluruh kebutuhan dasar hidup tercukupi dengan baik. Mulai dari sandang, papan, pangan, kesehatan dan pendidikan semua tercukupi tanpa kekurangan sedikit pun. Sebuah negeri dimana neraca keadilan dengan mudah didapatkan, hukum tegak, keamanan terjamin sehingga rakyatnya jauh dari rasa takut dan khawatir. Dan apa itu Warabbun Ghafur? Yakni sebuah negara yang senantiasa mendapatrah maghfirah, rahmah dan rahim dari Allah Swt, karena rakyat dan penguasanya selalu tunduk dan patuh mengikuti perintah-Nya.
5. Apa yang kita cita-citakan sejalan dengan apa yang dicita-citakan oleh Bung Karno, Bung Hatta, Bung Sjahrir, Mohamad Natsir, Haji Agus Salim dan para Pendiri Republik lainnya yang sudah termaktub dalam pembukaan konstitusi Republik Indonesia, yakni “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.
6. Para Pendiri Republik ini dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati juga telah mengakui bahwa kemerdekaan yang kita peroleh pertama-tama adalah “atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa”. Artinya ada kesadaran transedental yang sangat kokoh dari Para Pendiri Republik ini dalam memaknai lahirnya sebuah negara-bangsa Republik Indonesia yang kita cintai ini. Dan yang kedua, “didorong oleh keinginan yang luhur”, artinya ada kesadaran nilai-nilai kemuliaan yang menjadi pedoman mereka dalam membentuk Republik ini.
7. Para Pendiri Republik ini adalah para pemimpin yang otentik, bukan ‘kosmetik’. Mereka adalah pemimpin yang transformasional bukan transaksional. Mereka berjuang dengan kekokohan nilai-nilai transedental dan didorong oleh keluhuran nilai-nilai perjuangan bukan dengan prinsip untung rugi. Sikap mereka jauh dari sikap pragmatisme dan hedonisme. Merekalah para pemimpin yang senantiasa berkhidmat untuk rakyat.
8. Untuk mewujudkan cita-cita mulia itu, marilah kita mulai dengan membenahi diri dan partai kita terlebih dahulu. Mari kita kokohkan empat hal penting dalam diri dan partai kita.
9. Pertama, mari kita kokohkan jati diri PKS sebagai Partai Dakwah yang senantiasa berkhidmat pada rakyat, bangsa dan negara. Dakwah dan Politik adalah dua hal yang tak terpisahkan. Tentunya kita masih ingat saat pertama kali mendeklarasikan diri sebagai Partai Dakwah dulu, banyak kalangan skeptis dan menilai bahwa tidak mungkin dakwah yang biasanya ada di Masjid bisa masuk dalam politik. Jarak antara Masjid dengan istana atau senayan itu jauh. Dua hal itu tidak bisa disatukan. Dan bahkan beberapa pakar mengatakan tidak ada dalam literature mana pun yang menyebutkan istilah Partai Dakwah.
10. Saat itu kita menjawabnya tanpa keraguan: “Jika memang tidak ada dalam literature itu istilah Partai Dakwah, maka izinkan kami yang memulai membuatnya ada.” Dan memang benar. Sejak kita berdiri sebagai Partai hingga sekarang, banyak sekali skripsi,tesis hingga disertasi doktoral S-3 baik dari dalam dan luar negeri yang menjadikan Partai Dakwah sebagai obyek penelitian mereka. Mereka semua berhutang budi dengan Partai Dakwah ini. Justru tugas dan tantangan besar kita saat ini adalah mengaktualisasikan nilai-nilai dakwah yang Rahmatan Lil Alamin ini dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melaui kebijakan-kebijakan yang kita perjuangkan. Bukan lantas mundur kebelakang meninggalkan jati diri partai dakwah itu.
11. Kedua, mari kita kokohkan rasa kebersamaan. Kita kokohkan rasa kebersamaan baik di internal partai kita maupun dengan berbagai elemen komponen bangsa yang lain. Kita ingin hubungan antara qiyadah atau pemimpin dengan jundi atau kader sesempit mungkin gapnya, harus egaliter tidak boleh feodal. Kita ingin senantiasa berusaha menjaga kebersamaan. Jangan setelah menjadi qiyadah menjaga jarak dengan kader-kader. Ini tidak boleh. Kita para qiyadah ini tanpa kader bukan siapa-siapa.
12. Rasa Kebersamaan sebagai sesama anak bangsa harus terus kita perkokoh. Bangun rasa saling percaya dengan seluruh komponen bangsa. Kita aplikasikan prinsip Nahnu minhum, nahnu ma’ahum wa nahnu lahum. Kita harus punya prinsip, “ Jika 100 teman itu sedikit, maka ajak kader PKS untuk melipatgandakannya”. Dan JANGAN sebaliknya, “Jika 100 musuh itu sedikit, maka ajak kader PKS untuk melipatgandakannya”. Itu jangan sampai terjadi. Oleh karena itu jaga akhlaq kita, perbanyak silaturahim dan kawan kita. Terutama perilaku di dunia maya seperti media sosial, kita harus lebih hati-hati dan jaga diri.
13. Ketiga, mari ciptakan ekosistem dakwah struktural-kultural yang baik. Dakwah ini bukan hanya di ranah struktural seperti jalur politik saat ini. Banyak ranah lain seperti birokrasi, profesional, teknologi, bisnis, sosial, seni, budaya, kampus dll. Kita tidak boleh melupakan sektor-sektor kultural. Apresiasi setinggi-tingginya untuk kader-kader yang berjuang di ranah-ranah kultural. Karena dakwah strukutural dan kultural saling membutuhkan dan menguatkan.
14. Keempat, mari kita bangun partai ini dengan tata kelola yang baik atau Good Party Governance. Kita perbaiki mulai dari aspek administrasi, manajemen organisasi, SDM, tata kelola organisasi, kaderisasi, dan kepemimpinan publik dll. Hal yang juga kita harus perhatikan adalah masalah pembiayaan partai. Masalah keuangan itu masalah sensitive, tapi justru itu yang harus kita dudukan bersama dan perbaiki pengelolaannya. Saat Musyawarah Nasional (MUNAS) yang lalu, kita serukan Galibu (gerakan Lima Puluh Ribu). Dan dalam waktu yang cukup singkat terkumpul 2,4 miliar rupiah, Alhamdulilah. Dari total terkumpul 2,4 miliar itu sekitar 39 ribu yang ikut berdonasi, artinya kalau dirata-rata, per orang menyumbang sekitar 60 ribu. Dan yang luar biasa, ada juga yang menyumbang 20 ribu, ini menunjukkan rasa ingin terus terlibat dalam berkontribusi membangun partai ini.
15. Pilkada serentak 9 Desember 2015 yang sudah di depan mata ini adalah tantangan bersama kita sebagai bangsa. Ini adalah peristiwa politik yang paling bersejarah dalam politik Indonesia. Jika bangsa ini bisa melaluinya dengan baik, konsolidasi politik dan demokrasi akan semakin membaik. PKS sebagai kekuatan politik yang mengemban misi dakwah harus memberikan kontribusi terbaiknya. Mari kita jaga nilai-nilai dakwah di setiap langkah politik kita. Berikan pengorbanan dan amal terbaik kita. Jangan pernah lengah di detik-detik terakhir proses pilkada. Justru kerja panjang kampanye kita sebelumnya ditentukan pada detik-detik pencoblosan dan setelahnya. Kita jaga proses itu, amankan kepentingan dakwah dengan sebaik-baiknya.
16. Karena tujuan dan niat kita berpolitik itu mulia, maka cara-cara yang kita tempuh dalam mencapai tujuan tersebut harus juga mulia. Jangan pernah meraih tujuan-tujuan yang mulia dengan cara-cara yang tercela. Kemuliaan dan kemenangan adalah dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Kita tidak menginginkan kemenangan yang semu. Kita menginginkan kemenangan yang hakiki. Kemenangan yang bermartabat dan penuh keberkahan, InsyAllah.
17. Semoga Allah Swt terus meneguhkan hati-hati kita untuk terus berhimpun dan berjuang di jalan-Nya. Yang hakiki dalam politik adalah berkhidmat, berkuasa hanyalah sarana untuk melipat gandakan amal kebaikan kita. Mari kita tekadkan diri kita untuk senantiasa berkhidmat setiap saat sepanjang hayat bukan hanya untuk kepentingan sesaat. InsyAllah, Allah Swt akan berikan kita Kemenangan yang Bermartabat dan Penuh Berkah. Amin Ya Rabbal Alamin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
0 Response to "Taujih Presiden PKS Jelang Pilkada "Menang Dengan Bermartabat Dan Penuh Berkah"
Posting Komentar