PKSMEDAN.com - Aisyah r.a. berkata, “Rasulullah melakukan puasa (sunnah) sehingga kami mengatakan, ‘Beliau tidak pernah berbuka.’ Dan, beliau berbuka (tidak berpuasa) sehingga kami mengatakan, ‘Beliau tidak pernah berpuasa.’ Saya tidak melihat Rasulullah menyempurnakan puasa sebulan kecuali Ramadhan. Saya tidak melihat beliau berpuasa (sunnah) lebih banyak daripada puasa di bulan Sya’ban. (Dan dalam satu riwayat: “Nabi tidak pernah melakukan puasa (sunnah) dalam suatu bulan yang lebih banyak daripada bulan Sya’ban. Karena, beliau sering berpuasa dalam bulan Sya’ban sebulan penuh.)
Beliau bersabda, ‘Lakukan amalan menurut kemampuanmu, karena Allah tidak pernah merasa bosan terhadap amal kebaikanmu sehingga kami sendiri yang bosan.’ Dan, shalat (sunnah) yang paling dicintai Nabi adalah yang dilakukan secara kontinu, meskipun hanya sedikit. Apabila beliau melakukan suatu shalat (sunnah), maka beliau melakukannya secara kontinu.”
Aisyah r.a. berkata, “Saya biasa mempunyai tanggungan puasa Ramadhan, dan saya tidak dapat mengqadhanya melainkan di bulan Sya’ban.” Yahya berkata, “(Hal itu karena) sibuk dengan urusan Nabi.”
7. Gelorakan Semangat, Songsong Ramadhan
Allah swt berfirman, “Dan Saya tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menyembah-Ku.” Adz Dzariat:56
Ya, inilah tujuan diciptakan setiap manusia. Yaitu, melaksanakan tugas ibadah hanya pada Allah swt. saja. Menyembah Tuhan, Pencipta langit tujuh tanpa atap. Pencipta manusia dengan struktur unik. Pembuat alam raya untuk manusia.
Manusia dijadikan saling mengisi, memimpin, memerintah dan melayani sepanjang masa. Semua itu, adalah dalam rangka mewujudkan tujuan besar ini. Karena itu, ibadah kepada Allah swt. membutuhkan semangat yang menggelora, dan kesungguhan yang hebat sesuai dengan tujuan besar ini.
Semangat Menggelora…. Kenapa?
Kenapa dibutuhkan semangat yang menggelora untuk beribadah kepada Allah swt.?
Pertama, karena beribadah dengan menjalankan kewajiban-kewajiban syari’ah adalah amanah besar, yang justeru langit, bumi dan gunung enggan menerima amanah besar ini.
“Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” Al Ahzab: 72
Semangat menggelora boleh jadi mampu menundukkan tinggi dan luasnya langit. Mengalahkan tegarnya gunung. Mengalahkan hamparan bumi.
Kedua, karena ibadah lebih luas dari sekedar rukun Islam dan sebagian syi’ar Islam yang biasa. Oleh karena itu, mustahil bagi Allah swt. hanya menciptkan makhluk dan mengutus kepada mereka para Rasul. Allah swt. membinasakan suatu kaum dan mengangkat nasib sebagian yang lain. Allah swt. menciptkan surga dan neraka sebagai balasan. Panji-panji dikibarkan untuk mewujudkan peribadatan. Seluruh makhluk ditundukkan untuk manusia. Itu semua dalam rangka meletakkan rekaat shalat dan shaum Ramadhan saja. Tidak, makna ibadah lebih luas dan lebih menyeluruh dari itu semua. Ibadah itu, sebagaimana yang dikenalkan syaikhul Islam, Ibnu Taimiyah rahimahullah:
“اسم جامع لكل ما يحبه الله ويرضاه من الأقوال والأفعال الظاهرة والباطنة”
“Setiap istilah yang menyeluruh, terkait setiap yang dicintai Allah dan diridhoi-Nya, baik bentuk ucapan, perbuatan, yang nyata atau yang tersembunyi.”
Karena itu, setiap upaya mendamaikan antara dua orang adalah ibadah. Membiayai anak yatim atau mengelus kepala mereka adalah sama-sama ibadah. Memberi nasehat adalah ibadah. Membuang sampah pada tempatnya atau menyingkirkan duri dari jalan adalah ibadah. Tidak menyakiti hewan adalah ibadah. Mendidik anak sesuai dengan syari’ah Allah adalah ibadah. Suatu yang boleh akan menjadi bernilai ibadah dengan niat yang benar dan baik. Maka mahasiswa yang study dengan sungguh-sungguh untuk khidmat umat muslim adalah ibadah. Profesional atau pekerja yang sungguh-sungguh mencari rizki halal adalah ibadah.
Bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga, berderma untuk diri dan orang lain adalah ibadah.
Jika makna dan kandungan ibadah begitu luas, maka sudah barang tentu melaksanakan ibadah itu membutuhkan semangat menggelora, sebanding dengan luasnya makna dan kandungan ibadah itu sendiri.
Ketiga, banyaknya rintangan, kendala dan kesibukan. Baik dari internal maupun dari eksternal manusia.
Karena itu, jiwa yang cenderung bermalasan dan berleha-leha tidak mungkin mampu melaksanakan kewajiban ibadah yang sangat luas ini. Apa lagi, ada setan yang senantiasa menyelewengkan manusia dari jalur ibadah. Ada juga lingkungan yang mempengaruhinya, himpitan ekonomi dan masalah sosial. Begitu juga dengan godaan-godaan dan rayuan-rayuan yang melenakan lainnya.
Dari itu, tidak bisa tidak, harus ada semangat yang menggelora dan kesungguhan yang kuat.
Apa Itu Semangat Menggelora
Semangat menggelora tidak hanya diartikan menguras potensi untuk bekerja atau beribadah. Ini salah satu ruang lingkup semangat menggelora. Ada bentuk lain, di antaranya:
Pertama, berusaha melaksanakan amal shaleh dan konsisten melaksanakannya, meskipun hanya sedikit. Rasulullah saw. bersabda,
“” أحب العمل إلى الله أدوم وإن قل ” [صححه الألباني]
“Amal yang paling dicintai Allah adalah yang berkesinambungan meskipun sedikit.” Hadits disahihkan Al Albani.
Kesinambungan dalam beramal meskipun sedikit menunjukkan adanya semangat menggelora bagi pelakunya. Karena tabiat jiwa bosan rutinitas dan lebih cenderung memilih perubahan. Karena itu, Rasulullah saw. bersabda kepada Abdullah bin Amr ra. “Wahai Abdullah, kamu jangan seperti fulan. Ia melaksanakan qiyamullail, kemudian meninggalkannya.” Muttafaqun ‘alaih. Seakan-akan Rasulullah saw. mencela orang yang meninggalkan amal setelah sebelumnya sudah terbiasa melaksanakannya.
Kedua, itqanul ibadah. Ibadah dengan maksimal. Tentu ini membutuhkan semangat menggelora. Contohnya, ada orang yang bisa shalat satu rakaat dengan baca sepertiga juz. Namun susah untuk mentadabburi makna yang dibacanya, padahal jika ia mampu memahami kandungan ayat yang dibacanya, ia mampu lebih lama lagi membaca ayat dalam shalat tanpa rasa capek.
Begitu juga shaum, banyak orang yang bisa menaham makan, minum, dan hubungan biologis, namun sangat sulit mengendalikan lisannya dari ghibah, menaham pandangannya dari melihat yang haram. Dari dua contoh ini, menunjukkan bahwa pelaku ibadah belum mampu melaksanakan ibadah dengan baik dan sempurna.
Ketiga, menjaga ibadah pada saat-saat malas atau futur. Dalam kondisi seperti ini membutuhkan semangat menggelora. Karena futur adalah sifat manusiawi dan tabiat wajar. Rasulullah saw. bersabda,
“”لكل عمل شره، ولكل شره فترة ” [صححه الألباني]
“Setiap amal ada jeleknya. Dan setiap kejelekan amal adalah futur.” Disahihkan Al Albani.
Pada saat futur sangat membutuhkan kesungguhan dan semangat kembali.
Keempat, melaksanakan ibadah dengan memperhatikan kewajiban-kewajiban yang lain. Ini tentu membutuhkan kesungguhan dan semangat menggelora. Bahwa hak-hak dan kewajiban-kewajiban sangatlah banyak. Apalagi ia seorang pekerja, pelajar dan pengusaha…, maka: adakalanya ia kurang dalam hak suatu ibadah, karena ingin mengejar hak ibadah yang lain.. Atau ia memiliki semangat yang mampu menggabungkan antara dua hal ini. Lebih lagi, jika ia mengetahui bagaimana caranya mensikapi suatu ibadah; sehingga bisa bernilai mubah, ibadah dan berpahala.
Tujuh Semangat Ramadhan
Beliau bersabda, ‘Lakukan amalan menurut kemampuanmu, karena Allah tidak pernah merasa bosan terhadap amal kebaikanmu sehingga kami sendiri yang bosan.’ Dan, shalat (sunnah) yang paling dicintai Nabi adalah yang dilakukan secara kontinu, meskipun hanya sedikit. Apabila beliau melakukan suatu shalat (sunnah), maka beliau melakukannya secara kontinu.”
Aisyah r.a. berkata, “Saya biasa mempunyai tanggungan puasa Ramadhan, dan saya tidak dapat mengqadhanya melainkan di bulan Sya’ban.” Yahya berkata, “(Hal itu karena) sibuk dengan urusan Nabi.”
7. Gelorakan Semangat, Songsong Ramadhan
Allah swt berfirman, “Dan Saya tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menyembah-Ku.” Adz Dzariat:56
Ya, inilah tujuan diciptakan setiap manusia. Yaitu, melaksanakan tugas ibadah hanya pada Allah swt. saja. Menyembah Tuhan, Pencipta langit tujuh tanpa atap. Pencipta manusia dengan struktur unik. Pembuat alam raya untuk manusia.
Manusia dijadikan saling mengisi, memimpin, memerintah dan melayani sepanjang masa. Semua itu, adalah dalam rangka mewujudkan tujuan besar ini. Karena itu, ibadah kepada Allah swt. membutuhkan semangat yang menggelora, dan kesungguhan yang hebat sesuai dengan tujuan besar ini.
Semangat Menggelora…. Kenapa?
Kenapa dibutuhkan semangat yang menggelora untuk beribadah kepada Allah swt.?
Pertama, karena beribadah dengan menjalankan kewajiban-kewajiban syari’ah adalah amanah besar, yang justeru langit, bumi dan gunung enggan menerima amanah besar ini.
“Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” Al Ahzab: 72
Semangat menggelora boleh jadi mampu menundukkan tinggi dan luasnya langit. Mengalahkan tegarnya gunung. Mengalahkan hamparan bumi.
Kedua, karena ibadah lebih luas dari sekedar rukun Islam dan sebagian syi’ar Islam yang biasa. Oleh karena itu, mustahil bagi Allah swt. hanya menciptkan makhluk dan mengutus kepada mereka para Rasul. Allah swt. membinasakan suatu kaum dan mengangkat nasib sebagian yang lain. Allah swt. menciptkan surga dan neraka sebagai balasan. Panji-panji dikibarkan untuk mewujudkan peribadatan. Seluruh makhluk ditundukkan untuk manusia. Itu semua dalam rangka meletakkan rekaat shalat dan shaum Ramadhan saja. Tidak, makna ibadah lebih luas dan lebih menyeluruh dari itu semua. Ibadah itu, sebagaimana yang dikenalkan syaikhul Islam, Ibnu Taimiyah rahimahullah:
“اسم جامع لكل ما يحبه الله ويرضاه من الأقوال والأفعال الظاهرة والباطنة”
“Setiap istilah yang menyeluruh, terkait setiap yang dicintai Allah dan diridhoi-Nya, baik bentuk ucapan, perbuatan, yang nyata atau yang tersembunyi.”
Karena itu, setiap upaya mendamaikan antara dua orang adalah ibadah. Membiayai anak yatim atau mengelus kepala mereka adalah sama-sama ibadah. Memberi nasehat adalah ibadah. Membuang sampah pada tempatnya atau menyingkirkan duri dari jalan adalah ibadah. Tidak menyakiti hewan adalah ibadah. Mendidik anak sesuai dengan syari’ah Allah adalah ibadah. Suatu yang boleh akan menjadi bernilai ibadah dengan niat yang benar dan baik. Maka mahasiswa yang study dengan sungguh-sungguh untuk khidmat umat muslim adalah ibadah. Profesional atau pekerja yang sungguh-sungguh mencari rizki halal adalah ibadah.
Bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga, berderma untuk diri dan orang lain adalah ibadah.
Jika makna dan kandungan ibadah begitu luas, maka sudah barang tentu melaksanakan ibadah itu membutuhkan semangat menggelora, sebanding dengan luasnya makna dan kandungan ibadah itu sendiri.
Ketiga, banyaknya rintangan, kendala dan kesibukan. Baik dari internal maupun dari eksternal manusia.
Karena itu, jiwa yang cenderung bermalasan dan berleha-leha tidak mungkin mampu melaksanakan kewajiban ibadah yang sangat luas ini. Apa lagi, ada setan yang senantiasa menyelewengkan manusia dari jalur ibadah. Ada juga lingkungan yang mempengaruhinya, himpitan ekonomi dan masalah sosial. Begitu juga dengan godaan-godaan dan rayuan-rayuan yang melenakan lainnya.
Dari itu, tidak bisa tidak, harus ada semangat yang menggelora dan kesungguhan yang kuat.
Apa Itu Semangat Menggelora
Semangat menggelora tidak hanya diartikan menguras potensi untuk bekerja atau beribadah. Ini salah satu ruang lingkup semangat menggelora. Ada bentuk lain, di antaranya:
Pertama, berusaha melaksanakan amal shaleh dan konsisten melaksanakannya, meskipun hanya sedikit. Rasulullah saw. bersabda,
“” أحب العمل إلى الله أدوم وإن قل ” [صححه الألباني]
“Amal yang paling dicintai Allah adalah yang berkesinambungan meskipun sedikit.” Hadits disahihkan Al Albani.
Kesinambungan dalam beramal meskipun sedikit menunjukkan adanya semangat menggelora bagi pelakunya. Karena tabiat jiwa bosan rutinitas dan lebih cenderung memilih perubahan. Karena itu, Rasulullah saw. bersabda kepada Abdullah bin Amr ra. “Wahai Abdullah, kamu jangan seperti fulan. Ia melaksanakan qiyamullail, kemudian meninggalkannya.” Muttafaqun ‘alaih. Seakan-akan Rasulullah saw. mencela orang yang meninggalkan amal setelah sebelumnya sudah terbiasa melaksanakannya.
Kedua, itqanul ibadah. Ibadah dengan maksimal. Tentu ini membutuhkan semangat menggelora. Contohnya, ada orang yang bisa shalat satu rakaat dengan baca sepertiga juz. Namun susah untuk mentadabburi makna yang dibacanya, padahal jika ia mampu memahami kandungan ayat yang dibacanya, ia mampu lebih lama lagi membaca ayat dalam shalat tanpa rasa capek.
Begitu juga shaum, banyak orang yang bisa menaham makan, minum, dan hubungan biologis, namun sangat sulit mengendalikan lisannya dari ghibah, menaham pandangannya dari melihat yang haram. Dari dua contoh ini, menunjukkan bahwa pelaku ibadah belum mampu melaksanakan ibadah dengan baik dan sempurna.
Ketiga, menjaga ibadah pada saat-saat malas atau futur. Dalam kondisi seperti ini membutuhkan semangat menggelora. Karena futur adalah sifat manusiawi dan tabiat wajar. Rasulullah saw. bersabda,
“”لكل عمل شره، ولكل شره فترة ” [صححه الألباني]
“Setiap amal ada jeleknya. Dan setiap kejelekan amal adalah futur.” Disahihkan Al Albani.
Pada saat futur sangat membutuhkan kesungguhan dan semangat kembali.
Keempat, melaksanakan ibadah dengan memperhatikan kewajiban-kewajiban yang lain. Ini tentu membutuhkan kesungguhan dan semangat menggelora. Bahwa hak-hak dan kewajiban-kewajiban sangatlah banyak. Apalagi ia seorang pekerja, pelajar dan pengusaha…, maka: adakalanya ia kurang dalam hak suatu ibadah, karena ingin mengejar hak ibadah yang lain.. Atau ia memiliki semangat yang mampu menggabungkan antara dua hal ini. Lebih lagi, jika ia mengetahui bagaimana caranya mensikapi suatu ibadah; sehingga bisa bernilai mubah, ibadah dan berpahala.
Tujuh Semangat Ramadhan
ASS..WR.WB.SAYA IBU RITA TKI HONGKONG INGIN BERTERIMA KASIH BANYAK KEPADA EYANG WORO MANGGOLO,YANG SUDAH MEMBANTU ORANG TUA SAYA KARNA SELAMA INI ORANG TUA SAYA SEDANG TERLILIT HUTANG YANG BANYAK,BERKAT BANTUAN EYANG SEKARAN ORANG TUA SAYA SUDAH BISA MELUNASI SEMUA HUTAN2NYA,DAN KEBUN YANG DULUNYA SEMPAT DIGADAIKAN SEKARAN ALHAMDULILLAH SUDAH BISA DI TEBUS KEMBALI,ITU SEMUA ATAS BANTUAN EYANG WORO MANGGOLO,YANG MEMBERIKAN ANGKA RITUALNYA 4D HONGKONG KEPADA SAYA DAN TIDAK DI SANGKA SANGKA TERNYATA BERHASIL,BAGI ANDA YANG INGIN DIBANTU SAMA SEPERTI SAYA SILAHKAN HUBUNGI NO HP: (-0823-9177-2208-) EYANG WORO MANGGOLO JANGAN ANDA RAGU ANGKA RITUAL EYANG WORO MANGGOLO SELALU TEPAT DAN TERBUKTI INI BUKAN REKAYASA SAYA SUDAH MEMBUKTIKAN SENDIRI.
BalasHapusangka;GHOIB: singapura
angka;GHOIB: hongkong
angka;GHOIB; malaysia
angka;GHOIB; toto magnum
angka”GHOIB; laos…
angka”GHOIB; macau
angka”GHOIB; sidney
angka”GHOIB: vietnam
angka”GHOIB: korea
angka”GHOIB: brunei
angka”GHOIB: china
angka”GHOIB: thailand
ANGKA TOGEL JITU 2D 3D 4D 5D 6D
الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل