PKSMEDAN.com - Tepat 18 Tahun yang lalu, di Aula Masjid Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta, melalui konfrensi pers, Partai Keadilan dideklarasikan di hadapan tidak kurang 50.000 kader dan simpatisan. Titik tolak yang menyejarah dimulainya partisipasi politik Islam dalam demokratisasi. Sebuah wahana dakwah baru telah dibentangkan untuk menyerap aspirasi umat dan rakyat.
Kehadiran partai politik yang diisi oleh kaum muda terdidik dan kaum tua kharismatik ini cukup membuat banyak kalangan simpatik. Kesantunan akhlak dan suasana relijius di setiap agenda kerja partai dakwah ini terlihat jelas. Apakah saat rapat, aksi dan bahkan ketika deklarasi sekalipun, yang seyogianya momen untuk show of force tetap menampilkan perilaku terpuji.
Dahlan Iskan, yang saat itu sebagai direktur PT. Jawa Pos, pernah mengatakan terkait deklarasi partai reformis ini yang dimuat dalam surat kabar harian SUARA INDONESIA, 21 September 1998, “Menyaksikan deklarasi Partai Keadilan, bulu kuduk saya merinding. Suasana religius yang teduh lebih mendominasi daripada suasana hingar bingar yang biasa tampak di sebuah forum rapat besar partai.
Wajah-wajah mereka juga tampak sangat bersih, cerah dan kelihatan benar wajah intelektualnya. Diantara para wanita belia itu tak sedikit yang datang sambil menimang bayi. Cara menimang bayinya pun menunjukkan bahwa mereka memperlakukan bayinya dengan penuh kasih sayang. Mereka membawa bayinya ke acara tersebut bukan untuk demonstratif, melainkan seperti mengandung misi bahwa kesibukan seperti apapun -apalagi sekedar partai- tidak boleh mengabaikan anak, ditinggal di rumah saja misalnya.
Secara lahiriah umumnya penampilan mereka cocok untuk sebuah gambaran apa yang disebut keluarga sakinah. Yang pria pun juga tampil amat ramah, santun dan sangat intelektual. Mereka umumnya mengenakan baju taqwa lengan panjang berwarna putih. Atau warna lain yang sangat kalem. Dari jalannya acara terlihat mereka adalah kelompok yang sangat terorganisir. Seorang wartawan nyeletuk bahwa mereka ini kelompok reformis sejati. Maksudnya barangkali, karena usia mereka umumnya masih muda maka mereka bukanlah kelompok yang pernah terkena getah pemerintahan orde baru.”
Bagaimana PKS hari ini? Apakah masih membuat simpatik atau malah kerap dikritik? Sebuah partai politik, di usia 18 tahun tidak lagi dipandang belia namun sudah beranjak matang dan dewasa. Track record perjalanan partai kader ini menegaskan bahwa mereka tidak boleh dipandang sebelah mata dalam entitas perpolitikan Indonesia.
Di awal berdirinya saja sudah cukup mencengangkan dengan perolehan suaranya yang signifikan. Dipertengahan perjalanan, ketika badai politik menghempas, mereka mampu bertahan untuk kemudian bangkit mengarungi samudera perjuangan menuju Indonesia berperadaban. Ketika PKS sudah menjadi momok yang “menakutkan” oleh rival-rival politiknya, di saat itu pula segala manuver dan skenario destruktif untuk mendiskreditkan partai moderat ini semakin tidak bisa dihindari.
Masih segar dalam ingatan, bagaimana petinggi partai harus mendekam di balik jeruji besi tanpa terbukti membuat negara rugi. Tapi mereka tetap tegar dan dengan cepat meredam. Mereka tetap solid dan survive ketika beberapa partai lain malah harus terbelah menjadi dua kubu. Bahkan pada case terkini, seorang pendiri partai indispliner harus dipecat untuk sebuah ketegasan dan kedisiplinan partai serta untuk membuktikan bahwa partai besar bukan karena seorang figure, tapi justru partai akan terus menelurkan public figure baru dengan kapasitas mumpuni. Mereka sudah semakin cerdas dan lihai menunggangi kendaraan politik yang kian hari kian liar. Inilah sesungguhnya bekal PKS untuk lebih peduli buat negeri.
Ada yang menarik di tubuh PKS ketika pergantian pimpinan yang ditandai juga dengan bertransformasinya slogan partai. Karena dalam menjalankan program kerja partai modern ini yang bervisi menjadi partai dakwah yang kokoh dalam berkhidmat untuk umat, bangsa dan negara, selalu saja disemangati oleh sebuah slogan atau jargon. Berkhidmat untuk rakyat, sesungguhnya transformasi dari slogan cinta, kerja, harmoni yang didahului oleh bersih, peduli dan professional.
Pesan apa sesungguhnya yang ingin disampaikan PKS ke publik dengan slogan berkhidmat untuk rakyat? Dalam bahasa Arab, arti kata khidmat lebih kepada pelayanan. Jika merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “berkhidmat” memiliki arti berbuat khidmat; bersopan-santun; mengabdi kepada; setia kepada.
Apa yang telah dilakukan PKS dalam berdakwah (pelopor kebaikan) dan memberi pelayanan kepada umat dan bangsa ini sesungguhnya adalah manifestasi dari kata berkhidmat itu sendiri. Cepat tanggap bencana, peduli tetangga, bakti sosial (gotong royong, fogging gratis, ambulance gratis, bersalin gratis, pasar murah dan kegiatan sosial lainnya), adalah sederetan program pelayanan terbaik untuk rakyat yang sangat dirasakan langsung manfaatnya. Dan dahsyatnya, pelayanan gratis ini dilakukan jauh dari unsur pencitraan. Sepi publikasi. Hal ini dibuktikan dengan rutinitas pelaksanaannya, bukan hanya menjelang pemilu. Inilah salah satu makna khidmat yang berarti setia atau istiqomah.
Sepertinya PKS memahami dengan baik falsafah berbuat baik yang efek positifnya tidak hanya diraih ketika di dunia, bahkan sampai ke negeri akhirat (akhirat oriented). Para kader dan simpatisan partai tarbiyyah ini nampaknya selalu dibina dan diingatkan akan firman Allah SWT dalam Al Qur’an surah Ali Imran ayat 148, “Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.”
Momentum milad ke – 18 PKS tahun ini sejatinya menjadi penguat semangat berjihad dalam berkhidmat kepada rakyat sampai akhirat. Selamat Milad PKS, Barokallah fi umrik!
*Pemenang Lomba Karya Tulis pada Milad PKS Ke-18
*Pemenang Lomba Karya Tulis pada Milad PKS Ke-18
Alhamdulillah, semoga bermanfaat
BalasHapus