PKSMEDAN.com - Gaung 17-an telah menggema di seluruh tanah air, mulai dari
pedalaman, pesisir, pegunungan, hingga ke dusun-dusun yang nyaris tak
pernah tersentuh kemajuan. Aura semerbaknya semangat kemerdekaan telah
kita rasakan dari setiap penjuru tanah air. Semua anak bangsa saling
berlomba merayakannya, mulai dari baca puisi, karnaval, dan semua jenis
perlombaan dalam rangka hari kemerdekaan, terutama di setiap sekolah
negeri maupun swasta, hingga upacara-upacara. Namun, seringkali kita
lupa menyentuh ruh dan maknanya. Perayaan 17-an hanya sebatas dimaknai
penciptaan suasana ramai, meriah, dan gebyar. Semangat juang yang
terkandung di dalamnya nyaris terlupakan.
Tidak
hanya sekedar merayakan kemerdekaan yang hanya menjadi serimonial
tahunan, banyak hal yang menjadi refleksi bersama dari yang terdahulu,
hari ini, bahkan besok. Tentunya semua itu dalam proses menuju
kesejahteraan rakyat Indonesia yang lebih baik. Tiga hal sebenarnya yang
penting dalam refleksi ini, yaitu pendidikan, kemiskinan, dan
kesehatan.
Sebenarnya apa makna kemerdekaan itu?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, merdeka artinya bebas dari
penghambaan, penjajahan, dll; berdiri sendiri; tidak terkena atau lepas
dari tuntutan; tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak
tertentu; atau leluasa. Merdeka berarti bebas dari penjajahan, bebas
dari tahanan, bebas dari kekuasaan, bebas intimidasi, bebas tekanan,
dari nilai dan budaya yang mengungkung diri kita.
Kemerdekaan
sebuah negara tidak hanya proses pertukaran pemerintahan daripada satu
golongan pemerintah kepada satu golongan pemerintah lain yang lebih
berhak akan tetapi pada hakikatnya, kemerdekaan tanah air adalah nikmat
terbesar karunia Allah. Kemerdekaan negara merupakan pembebasan jiwa
rakyatnya dari keadaan belenggu nilai-nilai yang semata-mata mengikut
perintah penjajah kepada nilai bersandarkan kebenaran dan hakikat;
pembebasan akal dan pikiran rakyat belenggu kebodohan dan kejahilan
kepada cahaya ilmu dan hikmah; pembebasan akal-budi rakyatnya dari
keruntuhan akhlak dan pelanggaran moral dan etika kepada pembentukan
nilai-nilai murni dan akhlak tinggi; pembebasan rakyat dari belenggu
kemiskinan menuju kehidupan sejahtera.
Berbicara tentang kemerdekaan tentu saja tidak terlepas dari apa yang sering kita sebut dengan pahlawan. Menurut Anis Matta, “Pekerjaan-pekerjaan besar dalam sejarah hanya dapat diselesaikan oleh mereka yang mempunyai naluri kepahlawanan”.
Sejarah menunjukkan bahwa negeri ini terbebas dari penjajahan
disebabkan pula oleh peran para pahlawan. Para pahlawan dahulu ketika
berjuang senantiasa mengedepankan nilai-nilai keberanian, kesabaran,
pengorbanan, kompetisi, optimistis, dan siap sedia dengan segala
kemungkinan saat itu. Nilai-nilai kemanusiaan yang mendasar tetap
menjadi basis utama filosofi perjuangan mereka. Makna kemerdekaan yang
ada di kepala para pahlawan saat itu adalah membebaskan Indonesia dari
penindasan dan tirani oleh pihak-pihak yang berusaha mencengkeram
Indonesia untuk kepentingan kekuasaan. Selanjutnya setelah kemerdekaan
tahun 1945, Indonesia ibarat bayi yang belajar merangkak, kemudian
berdiri dan tumbuh besar hingga saat ini.
Jika
kita kembali melihat ke belakang setelah kemerdekaan itu, banyak sekali
terjadi hal-hal yang pada hakikatnya bukanlah kondisi suatu bangsa yang
merdeka. Masa pemerintahan orde lama dengan demokrasi terpimpinnya,
dilanjutkan dengan masa orde baru yang juga hampir-hampir sama dengan
kondisi sebelumnya, ternyata membuka mata kita bahwa sejarah Indonesia
adalah sejarah tirani, penindasan, dan kedudukan atas rakyatnya yang
semakin termiskinkan dan terpinggirkan.
Cukup
bertentangan dengan salah satu tujuan pembangunan nasional Indonesia
yang termuat di dalam UUD 45 untuk menciptakan kesejahteraan rakyat
Indonesia. Lantas apakah benar kita sudah merdeka? Selanjutnya ketika
rakyat pada saat itu telah jenuh dan bosan dengan segala penindasan dan
tirani, akhirnya terjadilah sebuah peristiwa yang menyebabkan reformasi
total di seluruh sisi pemerintahan bangsa Indonesia. Walaupun pada
perjalanan selanjutnya, realitas di lapangan tidak seindah apa yang
direncanakan sebelumnya. Ternyata masih banyak saja hal-hal yang justru
tidak mencerminkan kemerdekaan sesungguhnya, sebagai contoh rakyat
Indonesia saat ini masih saja dijajah oleh kebodohan, ketidaktertiban,
kebohongan, korupsi, dan lain hal sebagainya yang akhirnya menyebabkan
kesejahteraan itu belum sampai kepada masyarakat seluruhnya, melainkan
kesejahteran individual.
Semuanya tentu
bertentangan dengan makna merdeka tadi bukan? Belum lagi ketika para
generasi muda kita dijajah oleh berbagai jenis hiburan dan hal-hal yang
menimbulkan kerusakan lainnya. Penyebab itu semua yang paling
mendominasi adalah karena begitu banyaknya sisi yang telah jauh
menyimpang dari nilai-nilai kebenaran.Dari berbagai hal yang terjadi,
tentu kita pun harus kembali memaknai apa sebenarnya kemerdekaan itu.
Semangat kemerdekaan terus menyatu dalam diri kita sebagai
individu-individu yang sadar akan hasil perjuangan yang kita rasakan
sekarang ini. Yang mengisi kemerdekaan ini buka siapa? Adalah kita
semua. Bukan menyalahkan siapa, kita isi pembangunan Negara ini mulai
dari hal-hal yang paling kecil. Pendidikan menjadi hal utama supaya bisa
bebas dari penindasan.
Hal penting yang menjadi
refleksi bersama untuk hari ini dan esok yaitu masalah dunia pendidikan
Indonesia yang harus terus di perhatikan, pendidikan menjadi kunci utama
bebas dari segala keterbelakangan, kemiskinan, dan penindasan.
Berbicara masalah pendidikan, Pendidikan adalah topik yang tak akan
pernah habis dibicarakan orang. Begitu banyak pendapat, konsep, teori,
strategi maupun taktik seputar pendidikan yang diperkenalkan para pakar
sampai sekarang, namun bidang kegiatan tersebut tetap menjadi perhatian
kita berhubungan perannya dalam mempersiapkan masyarakat menyongsong
hari depan mereka.[Kompasiana]
0 Response to "Dirgahayu Indonesia, Ayo Bekerja dengan Karya Nyata untuk Indonesia Jaya"
Posting Komentar