PKSMEDAN.com - Dihadapan para pengurus presidum DPD PKS Kota Medan, Aleg PKS DPRD Kota Medan dan Ketua DPC PKS Se-Kota Medan, Tifatul Sembiring menyampaikan sebuah kisah Gubernur teladan sepanjang zaman dalam mengisi resesnya di Aula kantor sekretariatan DPD PKS Kota Medan, Sabtu (28/2/2015).
Dihadapan antum semua, saya akan menyampaikan sebuah kisah Gubernur teladan sepanjang zaman, ia adalah salah seorang
sahabat Rasulullah saw, yaitu Said bin Amir Al Jumahi. Seorang
pejabat, bukan sembarang pejabat. Seorang pejabat dari sebuah negara
besar berperadaban agung, yang terpancar dari tanah tandus Arabia. Dialah Said bin Amir, yang ketakwaannya telah membuat Umar menangis.
Karena ketakwaannyalah, Said bin Amir memiliki derajat yang tinggi di
sisi Allah swt.
DIANGKAT MENJADI GUBERNUR
Pada masa
pemerintahan Amirul Mukminin Umar bin Khathab, Said bin Amir diangkat
menjadi gubernur. Dikatakan kepadanya, “Wahai Said, saya mengamanahkan
Anda sebagai gubernur di Homs.” Homs adalah sebuah kota di daerah Syam.
Mendengar perkataan Umar itu, Said justru berkata, “Hai Umar, aku
ingatkan dirimu akan Allah! Janganlah Anda menjerumuskan saya ke dalam
fitnah!” Perkataan Said itu ternyata membuat Umar marah. “Sungguh
celakalah kalian! Kalian menaruh urusan berat ini di pundakku, lalu
kalian berlepas diri dariku! Demi Allah, aku tidak akan melepaskanmu!!”
Lalu Umar berkata kepada Said, “Kalau begitu Anda akan saya gaji.”
Tetapi Said justru berkata, “Untuk apa gaji itu Amirul Mukminin?
Sesungguhnya pemberian dari Baitul Mal telah mencukupi kebutuhanku.”
Setelah itu, Said pun segera berangkat ke Homs.
SAID BIN AMIR : GUBERNUR YANG MISKIN
Di lain kesempatan datanglah orang-orang dari Homs. Mereka menghadap
Umar. Di hadapan mereka, Umar berkata, “Catatlah daftar nama-nama orang
miskin di Homs, agar aku dapat mencukupi kebutuhan mereka.” Kemudian
orang Homs itu mulai mencatat nama-nama orang miskin di Homs. Di sana
ada banyak nama. Tetapi dari sekian nama itu ada yang membuat Umar
heran, karena ada nama Said bin Amir.
Umar heran dan bertanya
kepada utusan Homs itu. “Siapakah Said bin Amir ini?” Orang Homs itu pun
berkata, “Itu adalah gubernur kami.” Umar terkejut, “Gubernurmu fakir?”
Orang Homs itu pun menjawab, “Benar. Demi Allah, sudah beberapa hari di
rumahnya tidak ada nyala api.” Nyala api yang dimaksud di sini adalah
sumber energi. Sebab, pada masa itu nyala api bisa digunakan sebagai
energi penerangan, atau bahan bakar untuk memasak, dan sejenisnya.
Kemudian, seketika itu Umar menangis. Air matanya membasahi jenggotnya.
Lalu Umar mengambil uang sebanyak 1.000 dinar dan berkata kepada orang
Homs itu, “Sampaikan salamku kepadanya, katakan bahwa ini dari Amirul
Mukminin untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhannya.” Setelah itu, para
utusn dari Homs itu pun berlalu dan pulang ke Homs.
Sesampainya
di Homs, para utusan itu menghadap kepada gubernur mereka, Said bin
Amir. Diserahkanlah sebuah kantong pemberian Umar. Setelah dibuka oleh
Said bin Amir, ternyata berisi uang yang sangat banyak. Yang
mengherankan, justru dia terkejut dan segera menjauhkan kantong itu
darinya. Said pun berkata, “Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’uun!”
Bagaikan tertimpa suatu musibah, Said pun terkejut bukan main. Istrinya
pun turut keluar untuk melihat apa yang sedang terjadi.
Istrinya
pun turut terkejut, “Ada apa wahai Said? Apakah Amirul Mukminin
meninggal dunia?” Said menjawab, “Tidak. Justru lebih besar dari itu.”
Istrinya bertambah heran, “Apakah kaum muslim berada dalam kondisi
bahaya?” Said berkata lagi, “Tidak. Bahkan lebih besar dari itu.”
Istrinya bertambah heran, “Apa yang lebih besar dari itu semua?” Said
menjawab, “Dunia telah memasuki diriku, dan fitnah telah datang ke
rumahku.” Istrinya pun berkata, “Bebaskanlah dirimu dari dunia wahai
Said.” Kemudian Said berkata kepada istrinya, “Apakah kamu mau
membantuku?” Istrinya menjawab, “Ya.” Kemudian Said mengeluarkan
uang-uang itu dan meminta istrinya untuk membagi-bagikannya kepada orang
yang miskin.
Subhanallah! Gubernur mana yang mampu berbuat
seperti ini? Istri gubernur mana yang mampu menahan diri dari
kenikamatan dunia? Subhanallah..
PENGADUAN RAKYAT HOMS TERHADAP SAID BIN AMIR
Di lain kesempatan, suatu ketika Umar sedang dalam perjalanan menuju
Syam. Umar singgah sebentar di Homs. Di Homs, Umar disambut oleh para
penduduk. Umar pun bertanya kepada mereka, “Bagaimana sikap gubernur
kalian terhadap kalian?” Maka rakyat Homs pun mengadukan tentang empat
hal. Kemudian, dipanggillah Said bin Amir di hadapan rakyatnya.
Setelah Said ada di antara mereka, rakyatnya pun mengadukan empat hal
itu. Mereka berkata, “Said tidak pernah keluar menemui kami, kecuali
hari telah siang.” Umar menyuruh Said menjawab pengaduan rakyatnya,
“Demi Allah sesungguhnya aku tidak ingin mengucapkan hal itu, namun
kalau memang harus dijawab, sesungguhnya keluargaku tidak mempunyai
pembantu, maka aku setiap pagi harus membuat adonan, kemudian aku tunggu
sebentar sehingga adonan itu menjadi mengembang. Kemudian aku buat
adonan itu menjadi roti untuk mereka. Kemudian aku berwudhu dan keluar
menemui orang-orang.”
Setelah jawaban itu, Umar pun berkata
kepada rakyat Homs. “Apa lagi yang kalian keluhkan?” Mereka berkata,
“Sesungguhnya Said tidak mau menerima tamu pada malam hari.” Umar pun
berkata, “Apa jawabmu tentang hal itu wahai Said?” Lalu Said menjawab,
“Sesungguhnya aku juga tidak suka untuk mengumumkan ini. Aku telah
menjadikan siang hari untuk rakyatku dan malam hari hanya untuk Allah
Azza wa Jalla.”
Umar pun meminta pengaduan yang selanjutnya,
“Sesungguhnya Said tidak keluar menemui kami satu hari dalam sebulan.”
Umar bin Khathab berkata, “Dan apa pula ini wahai Said?” Said bin Amir
pun menjawab, “Aku tidak mempunyai pembantu wahai Amirul Mukminin, dan
aku tidak mempunyai baju kecuali yang aku pakai ini, dan aku mencucinya
sekali dalam sebulan, dan aku menunggunya hingga baju itu kering,
kemudian aku keluar menemui mereka pada sore hari.”
Umar kembali
meminta pengaduan yang lainnya. Rakyat Homs berkata, “Said sering
pingsan, hingga ia tidak tahu orang-orang yang duduk di majelisnya.”
Lalu Said pun menjawab, “Aku telah menyaksikan pembunuhan Khubaib bin
‘Adiy. Saat itu aku masih musyrik. Aku melihat orang-orang Quraisy
memutilasi badannya sambil berkata, ‘Apakah kamu ingin kalau Muhammad
menjadi penggantimu?’ maka ia berkata, ‘Demi Allah aku tidak ingin
merasa tenang dengan istri dan anak, sementara Muhammad tertusuk duri.
Dan demi Allah, aku tidak mengingat hari itu dan bagaimana aku tidak
menolongnya, kecuali aku menyangka bahwa Allah tidak mengampuni aku…’
maka akupun jatuh pingsan.”
Umar pun berkata, “Segala puji bagi
Allah yang tidak menyimpangkan dugaanku padanya.” Sebab, Umar memang
menduga bahwa Said tidak mungkin melakukan penyimpangan. Umar pun
kemudian memberikan sejumlah uang sebanyak 1.000 dinar untuk Said.
Melihat uang itu, Said berkata kepada istrinya, “Apakah kamu
menginginkan sesuatu yang lebih baik dari ini?” Istrinya menjawab, “Apa
itu?” Said berkata, “Kita berikan dinar itu kepada yang mendatangkannya
kepada kita, pada saat kita lebih membutuhkannya.” Istrinya berkata,
“Apa itu wahai Said?” Said pun menjawab, “Kita pinjamkan dinar itu
kepada Allah dengan pinjaman yang baik.” Istrinya berkata, “Benar, dan
semoga kamu dibalas dengan kebaikan.”
"Semoga kisah ini dapat menjadi inspirasi bagi kita, bahwa jabatan bukanlah segala-galanya, tapi jadikan ia sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah SWT," ujar Tifatul mengakhiri taujihnya.
0 Response to "Tifatul : Said Bin Amir Al Jumahi Gubernur Teladan Sepanjang Zaman"
Posting Komentar